Cuplikan #3

Sabtu, 02 Agustus 2014

     "Kita pisah, ya..."
     "Pisah itu maksudnya... putus?"
     Terdengar helaan napas berat,"jangan seperti itu, dong. Aku tidak menyebut putus. Tapi pisah."
     "Sama saja," aku menjawab lirih. Kurasakan suaraku bergetar.
     "Tidak. Kita hanya merubah status. Tak ada yang berubah. Apapun yang kita lakukan selama ini, tak ada yang berubah nantinya."
     Diam. Kurasakan air hangat mengalir di pipiku.
     "Mengapa? Apa yang salah?" tanyaku bodoh.
     "Aku tak ingin menyakitimu, aku takut dengan jarak. Aku takut aku semakin sibuk dan menyalahgunakan kepercayaan yang kau berikan."
     "Aku bisa LDR..."
     "Tapi aku tidak."
     Diam.
     "Halooo?"
     "Ah, maaf," aku menyeka ingusku. Tak tahu harus mengatakan apalagi.
     "Jangan menangis," terdengar isakan pelan. "Akupun tak ingin. Tapi keadaan yang memaksa."
     "Aku mencintaimu. Masih sangat mencintaimu," ujarku jujur.
     "Aku tahu. Akupun demikian."
     "Saling mencintai, tapi mengapa harus berpisah?" aku menangis sejadi-jadinya.
source image: www.thenew-renaissanceman.com
     "Karena aku tak ingin menyakitimu nantinya."
     "Kau sudah menyakitiku sekarang."
     Diam lagi.
     "Halo?"
     "Halo..."
     "Maafkan aku."
     Hanya isakanku yang terdengar.
    "Ini demi kebaikanmu..."
     "Aku tak mengerti dan tak akan pernah mengerti."
     "Suatu saat, kau akan mengerti keputusanku ini."

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright 2010 Powered by blogger
Winter Christmas design by freebingo bloggerized by Biyan Networks Brought to you by Dzignine.com